Di KIDZANIA
Ketika pulang dari KIDZANIA, anakku yang nomor dua seperti dalam iklan salah satu makanan kesukaan anak-anak berkata, "gak aku nggak nggak mau lagi....ke kidzania".
Selidik punya selidik ternyata dia masih marah dengan penolakan dari petugas ketika akan membuat SIM. Yah wajar sih dia marah karena ketika itu kita baru tiba, dua orang kakaknya ketika masuk langsung berlari ketika di papan penunjuk arah melihat ada sirkuit balap mobil. Tapi ternyata untuk menaiki mobil balap tersebut harus memiliki sim. Karena kita baru pertama kali berkunjung ke sana, jadi kita belum memiliki sim, dan tentulah dengan semagat 45 semua anak-anak yang saya bawa (ada 6 anak) langsung berlari ke tempat pembuatan sim. Ternyata antrian sudah panjang. Akhirnya mereka mengantri dengan tertib dan manis-manis. Sambil mengantri mereka bercerita apa-apa saja yang akan mereka naiki dan lakoni. Singkat cerita sampailah mereka di ujung antrian. Dan di sinilah mulainya "penderitaan" anak kedua saya bermula. Ketika gilirannya tiba si mba penjaganya dengan entengnya berkata, "kamu belum bisa belum cukup umur". Dia langsung balik badan dan lari menghampiri saya sambil berkata, "aku mau pulang ibu, ayo kita pulang bu aku gak mau di sini".
Rasanya aku gemes sama si mbanya. Gak kepikir kali ya kalau itu dunia anak-anak. Kalaupun ada larangan ya tolonglah berbicara dalam bahasa anak-anak. Apalagi anak yang masih di bawah usia SD. Gak gampang membujuknya. Dari mulai minta pulang (tapikan sayang ini adalah tempat bermain termahal yang aku pernah masuki, masak baru dateng minta keluar) sampai akhirnya sedikit berhasil aku bujuk untuk tetap di dalam. Tapi dia berdiri dan tidak mau beranjak dari depan pom bensin sampai jam 11 (padahal kita masuk jam 9). Ntah karena cape berdiri ntah karena bosen ngambek akhirnya dia berhasil aku bujuk untuk kerja di pom bensin biar dapat uang dan bisa ditukar dengan mainan. Dan hasilnya dia terus kerja di pom bensin keluar masuk (jangan salah pake ngantri pula jadi hampir seharian dia cuma dipom bensin) sampai lima kali (terbukti dia paling banyk punya uang dari pada kakak-kakaknya. Selesai makan siang dia pun balik lagi ke pom bensin. Jadi akau sempet gak ngontrol anak2 asuhku yang lain lagi, untungnya mereka sudah besar-besar dan ibu merekapun ada yang nyusul untuk gantian jaga.
Jadi pesen yang aku ingin sampein sebenernya ke kidzania, untuk lebih memperhatikan pelayanannya terhadap pengunjung terutama anak-anak yang masih batita.
Terakhir ..... sampai hari ini kalau aku tawarin ke kidzania dia selalu menolak dengan keras.
Selidik punya selidik ternyata dia masih marah dengan penolakan dari petugas ketika akan membuat SIM. Yah wajar sih dia marah karena ketika itu kita baru tiba, dua orang kakaknya ketika masuk langsung berlari ketika di papan penunjuk arah melihat ada sirkuit balap mobil. Tapi ternyata untuk menaiki mobil balap tersebut harus memiliki sim. Karena kita baru pertama kali berkunjung ke sana, jadi kita belum memiliki sim, dan tentulah dengan semagat 45 semua anak-anak yang saya bawa (ada 6 anak) langsung berlari ke tempat pembuatan sim. Ternyata antrian sudah panjang. Akhirnya mereka mengantri dengan tertib dan manis-manis. Sambil mengantri mereka bercerita apa-apa saja yang akan mereka naiki dan lakoni. Singkat cerita sampailah mereka di ujung antrian. Dan di sinilah mulainya "penderitaan" anak kedua saya bermula. Ketika gilirannya tiba si mba penjaganya dengan entengnya berkata, "kamu belum bisa belum cukup umur". Dia langsung balik badan dan lari menghampiri saya sambil berkata, "aku mau pulang ibu, ayo kita pulang bu aku gak mau di sini".
Rasanya aku gemes sama si mbanya. Gak kepikir kali ya kalau itu dunia anak-anak. Kalaupun ada larangan ya tolonglah berbicara dalam bahasa anak-anak. Apalagi anak yang masih di bawah usia SD. Gak gampang membujuknya. Dari mulai minta pulang (tapikan sayang ini adalah tempat bermain termahal yang aku pernah masuki, masak baru dateng minta keluar) sampai akhirnya sedikit berhasil aku bujuk untuk tetap di dalam. Tapi dia berdiri dan tidak mau beranjak dari depan pom bensin sampai jam 11 (padahal kita masuk jam 9). Ntah karena cape berdiri ntah karena bosen ngambek akhirnya dia berhasil aku bujuk untuk kerja di pom bensin biar dapat uang dan bisa ditukar dengan mainan. Dan hasilnya dia terus kerja di pom bensin keluar masuk (jangan salah pake ngantri pula jadi hampir seharian dia cuma dipom bensin) sampai lima kali (terbukti dia paling banyk punya uang dari pada kakak-kakaknya. Selesai makan siang dia pun balik lagi ke pom bensin. Jadi akau sempet gak ngontrol anak2 asuhku yang lain lagi, untungnya mereka sudah besar-besar dan ibu merekapun ada yang nyusul untuk gantian jaga.
Jadi pesen yang aku ingin sampein sebenernya ke kidzania, untuk lebih memperhatikan pelayanannya terhadap pengunjung terutama anak-anak yang masih batita.
Terakhir ..... sampai hari ini kalau aku tawarin ke kidzania dia selalu menolak dengan keras.