Devi Yusprianti

Rabu, 24 September 2008

Wuih CAPE' deh !!!

Kalau pun ini harus diinget, ini adalah catatan perjalanan karier saya berhadapan dengan partner kerja saya. Singkatnya saya cerita dulu siapa saya. Saya ini adalah orang kecil yang punya cita-cita jadi pengusaha (kecil), yang insya Allah bisa ngebantu menghidupkan dapurnya orang-orang kecil.

Tapi dari saya yang memang berpostur kecil, ternyata tidaklah sebanding dengan partner saya yang selalu menganggap saya anak kecil. Definisi anak kecil :

- gampang dibohongin
- mudah diiming-imingi
- gampang disalahin
- gampang disuruh-suruh (untuk ngeluarin uang)
- dan gampang-gampang lainnya

yang pada akhirnya saya yang kecil ini pada malam ini ngerasa sedikit “eneg”.

Ini adalah cerita bisnis saya yang kecil tadi yang berakhir dengan keributan kecil diujung telp. Tragisnya ini adalah bulan Ramadhan, bulan penuh rahmat, bulan saling memaafkan, bulan penuh berkah, bulan yang setiap segala kebaikan akan diberi ganjaran berlipat ganda. Tapi apa dinyana, gunung yang kecil itu akhirnya meletus juga.

Jauh berbulan-bulan yang lalu ketika para pencari kerja masih banyak yang menawarkan jasa mereka, bertanyalah saya ke partner saya tadi :

“bagaimana raden ndoro kang mas, apakah sanggup mengerjakan pekerjaan dari saya dengan target pemasukan 1000 potong perbulan?”

Itu masih kecil ukuran saya yang bisnisnya masih kecil-kecilan ini. Tapi coba kita hitung dulu kesanggupan fiktif ini jika terealisasi akan berapakah kekayaan saya saat ini ? 1000 x 50000 = 50000000 wuiiiih banyak ya nolnya. Bayangkan saudara jika keuntungan bersih diluar gaji saya yang sekian juta perbulan yang akan saya dapatkan adalah 30% nya adalah 15000000 perbulan (wuih bongkar rahasia dapur nehhh).

Biasanya dua bulan sebelum bulan puasa kita akan meminta peningkatan oplah. Artinya ada eksodus pekerja berduyun-duyun dari kampong halaman yang tiba dijakarta guna memenuhi hajatnya untuk mendapatkan keberkahan dan limpahan rizki menjelang ramadhan. Jadilah kesepakatan dengan partner saya untuk meng- 4 gandakan oplahnya menjelang ramadhan. Saya tidak akan menghitungnya lagi karena akan membuat nilai-nilai kemanusiaan saya akan muncul: SAKIT HATI.

Tapi ternyata saudara-saudara, Ramadhan hamper berakhir. Kesepakatan-kesepakatan diawal yang terangkum sangat manis hanya berakhir dengan saling menyalahkan, saling membenarkan diri masing-masing.

Ternyata malam ini uang telah memperbudak diri saya, telah, memperbudak airmata saya, telah memperbudak hati saya. Hanya karena si partner saya tadi berpaling kepada beberapa laki-laki lain. Ternyata diluar kesanggupan si partner saya ini untuk tetap setia pada janjinya, dia khianati dengan terbukti beberapa kali tagihan utang bahan yang telah 4 bulan berjalan tentulah sudah jatuh masanya untuk bertempo. Artinya bahan yang seharusnya memberikan keuntungan beberapakali sebelum jatuh tempo malah menjadi barang yang tidak memberikan keuntungan. Arti singkatnya gua dikadalin. Dasar kadal jawa (maaf ya orang-orang jawa, Cuma si partner saya ini doang kok yang kadal).

Innallaha ma’asobirin, saya ulang-ulang terus kalimat itu, karena saya yakin setiap manusia sudah dituliskan catatan rizkinya masing-masing, dan saya sangat yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan umatnya. Amin.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda