Devi Yusprianti

Minggu, 20 Januari 2008

catatan untuk Helvy Tiana Rosa

Awalnya sih aku nyari-nyari aja bentuk blog itu seperti apa karena aku mau buat blogku sendiri. Aku coba buka beberapa nama temen-temen kuliah dulu tapi tak satupun mahluk yang kukenal punya blog. Jadilah aku coba-coba munculin nama orang beken kali aja ada.

Eh kebetulan. Orang beken yang aku coba buka itu ya blognya mba Helvy dan di dunia nyatapun (maksudnya di toko buku gitu loh) aku juga lagi nyari2 karyanya mba Helvy. So far aku belum nemu mba (kenapa gak ada ya buku-buku mba Helvy di Gramedia atau di TGA?) jadi aku ini baru mau kenal mba Helvy, tapi aku sudah kadung "cinta". Cinta pada pandangan pertama ketika melihat di televisi bagaimana hebatnya bocah imut baca puisi indah untuk presidennya. Subhannallah anak itu begitu indah, pasti ibunya lebih indah lagi.

Ketika itu putra pertama saya masih bayi dan saya berharap keindahan dan kesejukan kata-kata seorang anak akan saya jumpai pula kelak. Amin.
Ibarat kacang, saya kenal mba Helvy baru bungkusnya doang belum kulitnya apalagi kacangnya, jadi jauh banget kalau saya ditanyain atau nyeritain atau kasih komentar tentang mba Helvy, belum tau. Yang saya tau (jujur nih mba) facenya mba yang oriental, sehingga suatu ketika saya sedang mencari karyanya mba (saya pernah baca cerber di majalah ummi kalau gak salah yang tokoh sentralnya bernama Gagah or Gagak ya? kalau gak salah lagi hehehe kasihan ya saya banyak gak taunya) yang saya inget bentuk facenya tanpa melihat nama yang tercantum. Saking senengnya akhirnya saya menemukan karyanya mba, saya langsung bayar di kasir dan bawa pulang. Tapi ternyata buku itu bukunya mba Asma Nadia. Setelah baca buku itu beserta biografi pendek sang penulis, bertambah pula kekaguman saya tidak saja dengan bundanya si bocah imut Faiz (tapi sekarang bukan bocah lagi ya...?, tapi imutnya masih banget) tapi juga dengan neneknya Faiz yang notabene adalah bunda dari penulis-penulis hebat saat ini.

Neneknya Faiz, nama saya Devi bunda dari tiga orang cowok yang cakepnya juga sama dengan cucu nenek.
Nenek Faiz, kelembutan Nenek sangat terasa di hati saya ketika pujaan-pujaan tulus yang saya baca dari tulisan anak-anak Nenek.
Nenek Faiz, alangkah bahagianya Nenek kini melihat dan terus mengikuti perkembangan putra putri Nenek yang tidak hanya solehah tetapi juga pembangun kesolehan dari karya-karya yang dihasilkannya.
Nenek Faiz, dimata saya Nenek adalah contoh nyata dari orangtua-orangtua kita yang berhasil.
Nenek Faiz, salam hormat saya untuk Nenek semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada Nenek. Amin

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda